BAHAN BANGUNAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis haturkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah kita masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga
karya Tulis mengenai bahan bangunan ramah lingkungan ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan dan pembuatan
karya Tulis ini. Banyak rintangan dan tantangan yang sempat
membuat Penulis menyerah tetapi Penulis tetap yakin dan berjuang agar karya Tulis
ini menjadi bermanfaat. Walaupun, Penulis sangat menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan maupun cara
penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat Penulis harapkan dari pembaca,
agar kedepannya Penulis dapat membuat karya Tulis yang lebih baik lagi.
Semoga karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, dan juga tentunya bermanfaat bagi semua orang.
ABSTRAKSI
Beton adalah material bangunan yang paling
dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan. Bangunan di Indonesia rata-rata
menggunakan beton sebagai fondasi bangunan yang kuat. Bahan-bahan dasar
beton jika dipanaskan dapat mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon
dioksida dan menyebabkan efek rumah kaca. Proses pengumpulan batu kerikil atau
pasir juga merusak sumber daya alam yang semakin menipis.
Karena dampak buruk inilah kami ingin
memaparkan ide untuk mengganti beton dengan pengganti yang lebih hijau dan
alami sehingga menjadi material bangunan yang ramah lingkungan. Kami
mengharapkan agar para kontraktor atau pembangun di Indonesia dapat membangun
dengan bahan yang alami dan juga ramah lingkungan. Kami juga berharap agar
seluruh warga Indonesia sadar akan pengganti beton yang lebih alami, agar tidak
terpaku terus dengan beton.
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan
yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah
dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif.
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yangdiperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai
dengan topik yang dibahas. Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai
dengan topik kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis
data bersifat deskriptif argumentatif. Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai
rekomendasi selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah material
bangunan yang paling dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan. Bangunan di
Indonesia rata-rata menggunakan beton sebagai fondasi bangunan yang kuat. Bahan
abu-abu ini memang sangat berguna untuk menyatukan kota. Mulai dari rumah,
gedung, apartemen hingga trotoar. Bahkan adapula yang sepenuhnya menggunakan
beton seperti bangunan Rooftop. Bentuk paling umum dari beton adalah beton
semen Portland, yang terdiri dari agregrat mineral biasanya kerikil
atau pasir,semen dan air. Pada lokasi tertentu, beton yang bahan bakunya semen
mudah bereaksi dengan suatu larutan kimia.
Hal ini menyebabkan
efek buruk pada lingkungan. Bahan-bahan dasar beton jika dipanaskan dapat
mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon dioksida dan menyebabkan efek rumah
kaca. Proses pengumpulan batu kerikil atau pasir juga merusak sumber daya alam
yang semakin menipis. Karena dampak buruk inilah kami ingin memaparkan ide
untuk mengganti beton dengan pengganti yang lebih hijau dan alami sehingga
menjadi material bangunan yang ramah lingkungan. Kami mengharapkan agar para
kontraktor atau pembangun di Indonesia dapat membangun dengan bahan yang alami
dan juga ramah lingkungan. Kami juga berharap agar seluruh warga Indonesia
sadar akan pengganti beton yang lebih alami, agar tidak terpaku terus dengan
beton.
Misalnya, penggunaan
batang jerami untuk menggantikan beton untuk membuat tembok bangunan.
Penggunaan batang jerami ini diharapkan dapat memberikan efek yang lebih baik
untuk lingkungan tidak seperti beton yang penggunaannya memberikan dampak yang
kurang baik pada lingkungan. Selain itu hal ini juga diperlukan untuk
menyeimbangkan bahan alam dengan bahan sintetis. Karena pada dasarnya,
lingkungan perlu di lestarikan dengan menyeimbangkan kandungan alami dan buatan
manusia.
B. Rumusan Masalah
B.1
Apa itu ramah lingkungan ?
B.2
Apa itu bangunan ?
B.3
Apa itu material bangunan ?
B.4
Apa itu beton ?
B.5
Apa saja bahan bangunan pengganti beton yang ramah lingkungan ?
B.6
Bagaimana inovasi material alami tersebut dapat menggantikan beton?
C. Tujuan
C.1 Memberi solusi untuk
mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat penggunaan beton.
C.2 Untuk keperluan lomba
karya ilmiah.
C.3 Menghimpun ide dan
gagasan tentang inovasi material bangunan ramah lingkungan.
C.4 Sebagai sumber
informasi yang bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ramah
Lingkungan
Ramah lingkungan, atau
populer dengan sebutan go-green menurut para ahli adalah istilah
keberlanjutan dan pemasaran yang mengacu
pada barang dan jasa, hukum, pedoman dan kebijakan yang mengklaim berkurangnya,
minimalnya bahaya, bahkan tidak membahayakan ekosistem atau lingkungan
(Webster, 2005). Perusahaan menggunakan istilah ambigu ini untuk mempromosikan
barang dan jasanya, terkadang dengan sertifikasi tambahan dan spesifik, seperti
ecolabel. Penggunaan berlebihan yang mereka lakukan dapat disebut sebagai
greenwashing (Motavalli – Jim, 2011)
Organisasi
Internasional untuk Standardisasi telah mengembangkan ISO 14020 dan ISO 14024
untuk menetapkan prinsip dan prosedur untuk pelabelan dan deklarasi lingkungan
yang harus diikuti oleh lembaga sertifikasi dan eko-labeller. Secara khusus,
standar ini berhubungan dengan penghindaran konflik kepentingan keuangan,
penggunaan metode ilmiah yang masuk akal dan prosedur pengujian yang dapat
diterima, dan keterbukaan serta transparansi dalam penetapan standar (Green
Seal, 2009). Sistem ramah lingkungan atau go green dapat diaplikasikan ke
segala bidang. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki beberapa kebutuhan hidup
antar lain kebutuhan sandang,pangan,papan.
B. Pengertian Bangunan
Bangunan adalah
struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan
secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan Rumah dan
Gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau
kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk,
ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga,
kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai
beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari
cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat
bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya
sebagai sarana pemberi rasa aman, dan nyaman.
Contoh bangunan yang
paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta konstruksi dan rancangannya,
jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum, peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik
bangunan maupun sarana, dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh
warisan manusia dalam perjalanan sejarahnya.
C. Hubungan Ramah
Lingkungan dengan Bangunan
Sistem ramah
lingkungan ini dapat dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. Contohnya
kebutuhan manusia pada papan atau tempat tinggal. Seiring berjalanya waktu
kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin meningkat. Bila pada awalnya
manusia berprinsip hidup nomaden maka kini manusi memutuskan untuk berdiam pada
satu tempat yang pasti. Bangunan pun mengalami peningkatan variasi, dan
tentunya peningkatan ini menyebabkan semkin bervariasinya bahan dalam membangun
bangunan. Jumlah bangunan di muka bumi ini pun semakin
meningkat. Meningkatnya jumlah bangunan tentu berdampak juga bagi lingkungan
dampaknya antara lain :
Ø Lahan terbuka berubah
menjadi lahan tertutup.
Ø Area resapan air
menjadi berkurang.
Ø Lahan pertanian
berkurang.
Ø Berkurangnya SDA
karena penggunaan yang terus menerus.
Ø Terganggunya ekosistem
alam.
Dalam membuat bangunan
manusia mulai menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu menyokong pertumbuhan
rancangan bangunan mereka. Bila pada masa lalu manusia masih menggunakan bahan
organik yang bersifat ramah lingkungan untuk membantu mereka dalam membuat
bangunan maka manusia mulai menciptakan inovasi berupa semen, beton dan
lain-lain. Namun, masalah mulai bermunculan inovasi manusia dalam membentuk
bahan bangunan yang mereka gunakan tidak hanya menimbulkan dampak positif
melainkan juga dampak negatif dari bahan bahan bangunan yang kurang
berifat ramah lingungan ini. Berdasarkan hal inilah tim kami memiliki tujuan
untuk mengurangi bahan bangunan yang tidak ramah lingkungan dalam membangun
kota.
D. Bahan Bangunan Tidak
Ramah Lingkungan
· Semen
Semen adalah zat yang
digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski
sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur
panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun
1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari
peredaran.
Semen mengandung beberapa bahan kimia antara
lain:
Ø Trikalsium silikat
Ø Dikalsium silikat
Ø Trikalsium aluminat
Ø Tetrakalsium aluminofe
Ø Gipsum
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya
dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan
atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau
Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana
peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang
dijumpai di Pulau Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan
dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti
sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran
batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang
menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris -
menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan
dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara
suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang
akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph
Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten
ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna
hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin
inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan
Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium
karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral
berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu
kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran
baru. Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat
besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan
dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.
a. Pembuatan Semen
Lazimnya, untuk
mencapai kekuatan tertentu, semen Portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika
bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang
sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah
perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi
biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut
concrete atau beton.
Meski bahan bakunya
sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam
kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan
bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina
yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena
campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.
Berikut dampak dampak penggunaan semen :
Dampak positif atau keuntungan yang dapat
diambil dengan adanya pembangunan industry
Semen antara lain sebagai berikut :
a )
Menambah penghasilan penduduk yang akan meningkatkan kemakmuran
b )
Menghasilkan aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak
c ) Memeperbesar kegunaan bahan mentah. Semakin banyak bahan mentah
yang diolah dalam perindustrian, semakin besar pula manfaat yang diperoleh
d )
Memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk
e )
Mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri
f )
Memberi hasil tambahan bagi para petani
g )
Merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industry
h )
Memperluas kegiatan ekonomi manusia sehingga tidak semata-mata
tergantung pada lingkungan alam
Selain dampak positif
terdapat juga dampak negatif dari industri semen, diantaranya;
Salah satu dampak
negatif dari industri semen pencemaran udara oleh debu. Debu yang dihasilkan
oleh kegiatan industri semen terdiri dari
debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku, debu selama proses
pembakaran, dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik
serta bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Selain itu, pabrik
semen juga meningkatkan suhu udara dan suara yang ditimbulkan mesin-mesin dalam
pabrik juga menimbulkan kebisingan. Debu semen memiliki banyak dampak negatif
bagi kesehatan maupun lingkungan hidup. Selain debu, berikut contoh dampak
negatif dari pabrik semen bagi lingkungan.
1. Lahan
Penurunan kualitas
dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan ini dari
segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang pada
akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan dari
segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan setempat.
2. Air
Kualitas air bertambah
buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari
kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi,
yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan
menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.
3. Flora dan Fauna
Berkurangnya
keanekaragaman flora karena berubahnya pola vegetasi dan jenis endemic, dan
pembentukkan klorofil serta proses fotosintesis, Sedangkan berkurangnya
keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka) disebabkan karena
berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut
E. Definisi Beton
Beton merupakan bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi dan pengikat semen. Bentuk paling umum adalah semen
portland yang terdiri dari bahan kerikil dan pasir, semen dan air. Beton di
gunakan untuk membuat perkerasan jalan , struktur bangunan , fondasi, jalan,
jembatan penyebrangan, truktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen
dalam bata atau tembok blok. Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan
bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen.
Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semendan air. Biasanya dipercayai
bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton
tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem
komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton
digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan
penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam
bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik
seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan
Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu
apung, bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan,
drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada
beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun
pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah
liat, dan batu gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan
memakai aditif debu vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan beton secara masif diawali pada
permulaan abad 19 dan merupakan awal era beton bertulang. Pada tahun 1801,
F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan
meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot
untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan
dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis
mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang
digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan
mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat
slab tanpa balok tahun 1906.
Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki
kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan
yang murah. Sedang kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah
tanpa kerusakan. Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka
akan mahal karena tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang
tetap bernilai. Berat, dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang
besar. (Mulyono Tri, 2004)
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun
lemah dalam tariknya. Jika struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan
yang cukup akan mudah gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya
sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam
struktur beton. Perkuatan yang umum adalah dengan menggunakan tulang baja yang
jika dipadukan sering disebut dengan beton bertulang.
Bahan bangunan adalah setiap bahan yang
digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat,
pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun
bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa
lagi kurang sintetik. Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak
negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya dibagi ke dalam perdagangan
khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan isolasi. Acuan
ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah.
BAB III
METODE PENULISAN
a. Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan
yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah
dan artikel ilmiah yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif.
b. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yangdiperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai
dengan topik yang dibahas.
c. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik
kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis
data bersifat deskriptif argumentatif.
d. Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai
rekomendasi selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah
kami peroleh, bahan inovasi material pengganti beton yang paling ramah
lingkungan adalah beton yang divariasikan dari batu bata yang terbuat dari
jamur Miselumyang telah dibiarkan tumbuh pada bahan bahan organic seperti
batang jerami dan bambu kemudian dibiarkan mengering. Namun, tidak banyak orang
tahu tentang fakta dibalik beton. Produksi bahan-bahan pembentuk beton
menghasilkan berton-ton gas rumah kaca berupa karbondioksida (CO2) ke atmosfer
setiap tahunnya. Polusi tersebut memicu proses perubahan iklim yang kita
rasakan sekarang.
Untuk mengatasi kebutuhan pengganti bahan
beton tersebut, berikut ini 6 inovasi material bangunan sebagai sebuah
alternatif beton dan menurunkan efek buruknya terhadap lingkungan.
1. Batang Jerami
Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang
jerami mengingatkan pada zaman dimana rumah-rumah dibangun menggunakan material
yang alami dan diproduksi lokal. Batang jerami yang digunakan untuk
menggantikan dinding bata, kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan
insulasi yang sangat baik bila disusun dengan baik. Tidak hanya murah namun
juga berkelanjutan karena jerami tumbuh sangat cepat di alam. Salah satu
alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan batako
tidak berlubang, dengan bahan tambah jerami padi (batang padi setelah pasca
panen). Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian yang berupa jerami
padi ini diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan dapat
mengurangi kerusakan lahan pertanian yang dibutuhkan masyarakat sebagai tempat
menanam padi.
Pertanaman padi tidak hanya menghasilkan padi
(gabah) tetapi juga jerami. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian
yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami
padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton setiap hektar pada masa panen,
atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman
yang digunakan. Bila produksi padi dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti
jumlah gabah maupun jerami yang dihasilkan menjadi tiga kali lipat dari semula
dan tentu sangat bermanfaat.
Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti
sapi atau kerbau. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur,
para petani memanfaatkan jerami untuk pakan ternak, seperti sapi potong, sapi
perah, maupun kerbau. Jerami padi juga diolah untuk pupuk fermentasi, tetapi
hal ini jarang sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya tumpukan padi
yang melimpah jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja,karena mengingat
lokasi persawahan harus segera dipersiapkan untuk segera diolah kembali.
Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang
mengandung serat dan telah digunakan produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan
jerami sebagai bahan bangunan, semisal digunakan sebagai bahan penutup atap
pada tempat peristirahatan atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan
bangunan dapat mengurangi dua pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam
membangun dinding eksterior. Hal tersebut dibuktikan dengan pemanfataan jerami
didaerah yang beriklim dingin (timur laut-cina), tumpukan jerami dipakai
sebagai bahan dinding eksterior bangunan. Tumpukan jerami ini kemudian
diplester kedua sisi. Menghasilkan dinding setebal 45-60 cm yang kelihatannya
mirip dengan dinding bata jemuran (adobe) atau batu, dengan demikian
pemanfaatan jerami padi akan mengurangi polusi dan pemakaian tanah liat yang
langka. Rumah-rumah yang dibangun dengan program tersebut sejauh ini mampu
bertahan terhadap gempa karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini mampu
menyerap goncangan gempa (alambina-construction intelligence, htm, 2005).
Untuk menambah kekakuan pada cetakan jerami
yang digunakan sebagai bahan tambah batako tidak berlubang, dapat ditambah
dengan lem kayu yang banyak terdapat di toko-toko bangunan atau lem buatan yang
dapat dibuat sendiri, seperti lem yang dibuat dari tepung tapioka atau pati
kanji. Penggunaan lem kayu yang digunakan untuk menambah kekakuan jerami padi
sehingga diharapkan dapat menambah kuat tekan pada pembuatan batako tidak
berlubang.
Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah
menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan sentuhan
teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan
jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat
digunakan pada daerah rawan gempa.
2. Beton Rumput
Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan
kaki namun memiliki lubang-lubang yang cukup untuk rumput tumbuh di
sela-selanya. Bahan ini mengurangi pemakaian beton dan juga bisa menjadi jalan
masuknya air hujan ke dalam tanah. Menggunakan perkerasan (beton) sebagai
penutup tanah terkesan lebih praktis dan mudah dibersihkan. Namun, memakai
perkerasan memiliki kelemahan menghambat air meresap ke dalam tanah.
Sementara itu, memanfaatkan rumput untuk
menutup tanah dapat menyerap air, menghadirkan sentuhan alami, serta memasok
oksigen sehingga ramah lingkungan. Namun demikian, rumput membutuhkan perawatan
khusus. Rumput juga mudah rusak dan kemudian apabila kerap terinjak-injak.
Kini, dengan memadukan keduanya, kelemahan
perkerasan dan rumput bisa diatasi. Rumput lebih awet karena ada perkerasan,
sementara air bisa dengan mudah terserap masuk ke dalam tanah dan permukaan
tanah tetap keras karena perkerasan beton.
Dengan teknik kombinasi seperti ini, halaman
rumah akan tertutup tanah yang kuat dan tetap ramah lingkungan. Tanpa rasa
khawatir rusak, tanah yang tertutup oleh keduanya dapat juga berfungsi sebagai
tempat parkir mobil atau aktivitas berat lainnya.
3. Tanah Yang Dipadatkan
Apalagi yang lebih alami daripada merasakan
tanah sebagai lantai rumah? Bahkan sebenarnya dinding yang mirip dengan beton
bisa dibuat dengan hanya memadatkan tanah di rangka kayu. Pemadatan tanah
adalah teknologi yang digunakan oleh peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu
dan mampu bertahan lama. teknik pembuatan rumah ini sebenarnya mendahului
konstruksi bata-lumpur yang terkenal di daerah tersebut. Lapis demi lapis tanah
ditambahkan dalam proses, menjaga ketebalan dinding yang akan mampu membuat
penghuninya selamat dari berbagai cuaca.
Selain dinding rumah, penduduk juga membuat
dinding-dinding pendek yang berjasa sebagai elemen lanskap urban. Dinding pendek
tersebut menyediakan tempat duduk untuk bercengkrama dan bekerja. Fitur paling
menakjubkan di sini adalah onamen pada dinding-dinding rumah. Hampir setiap
inci rumah tanah liat ini memiliki hiasan berupa motif terbuat dari lumpur
berwarna dan kapur. Motif tersebut merupakan cerita dari kebudayaan suku kuno.
Adapun yang digambarkan dari motif-motif itu antara lain berabagai barang dan
perabotan di kehidupan sehari-hari, hingga kepercayaan dan agama. Rupanya,
dekorasi tersebut sekaligus juga membedakan satu rumah dengan rumah lainnya.
Anda tidak akan menemui bangunan "polos" di kawasan ini.
Umumnya, karya seni berupa motif yang
membedakan antara satu rumah dengan rumah lainnya diembos dengan batu dan
goresan-goresan. Selain itu, rumah ini juga memiliki bukaan pintu berukuran
kecil. Hal ini membantu pemiliknya mendapatkan temperatur interior yang nyaman.
4. HempCrete
HempCrete adalah beton yang dibuat dari serat
tanaman hemp. Serat tersebut dicampur dengan kapur untuk membentuk bahan mirip
beton namun kuat dan ringan. Karena bahan ini ringan, energi yang diperlukan
untuk memindahkan bahan ini menjadi sangat rendah sementara bahannya sendiri
tumbuh cepat di alam sehingga berkelanjutan. ganja juga dapat diolah jadi bahan
bangunan. Hempcrete adalah sebutan untuk beton berbahan serat ganja, setelah
diuji, beton ini 7 kali lebih kuat dan 2 kali lebih ringan ketimbang beton
biasa, keunggulan Hempcrete lainnya, beton lebih elastik dan tahan retak
dibanding beton biasa.
Tahun 1973 sebuah perusahaan di prancis telah
memfokuskan diri pada produksi pengolahan berbahan serat ganja, tapi kenapa
indonesia memfokuskan diri untuk memusnahkan ganja, mungkin karena tindakan
penyalahgunaan lebih tinggi dibanding pemanfaatannya yang positif
sehingga perusahaan ini akhirnya berhenti.
Selain Hempcrete, serat batang ganja juga dapat digunakan menjadi bahan
interior mobil dalam dunia otomotif. oleh sebab itu ada pepatah mengatakan,
"ganja legal bumi selamat" cukup populer kita lihat, karena memang
ganja dapat menyelamatkan hutan, hanya dengan satu pohon, apapun dapat
tercipta.
5. Bambu
Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah
digunakan di beberapa negara selama ribuan tahun. Hal yang paling menjanjikan
dari bahan ini adalah kombinasi antara kekuatannya dalam menghadapi tekanan,
berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh di alam. Digunakan sebagai rangka
bangunan dan untuk bangunan sederhana, bambu bisa menggantikan bahan yang
diimpor dan mahal, terutama di daerah pedalaman, bangunan pasca bencana dan
untuk daerah yang berpendapatan rendah namun memiliki akses luas terhadap
tanaman bambunya.
Bambu merupakan material yang dibandrol dengan
harga relatif murah. Rata-rata harga bambu saat ini berkisar antara Rp8.000
hingga Rp15.000 per batang tergantung kualitas. Coba bandingkan dengan harga
kayu ukuran reng dan usuk saja, selisihnya sudah setengahnya. Itulah kenapa
bambu bisa menjadi salah satu material yang direkomendasikan untuk menghemat
budget pembangunan.Bentuknya yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya
otomatis membuat bambu memiliki bobot yang lebih ringan daripada
material-material yang lain. Hal ini memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan
lebih mudah, pun demikian dengan pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk
sesuai keinginan penggunanya.
Bambu adalah bahan bangunan yang memiliki
tingkat elastisitas yang tinggi. Material ini bisa mempertahankan kedudukannya
dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan bambu sebagai material terbaik untuk
bangunan yang berdiri di daerah-daerah rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh,
bobot bambu yang ringan tidak begitu membahayakan penghuni bangunan tersebut.
Salah satu alasan kenapa bambu termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu
mudah sekali hidup di suatu tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang
paling cepat di dunia. Bambu yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5
tahun.
Bambu mempunyai tingkat kuat tarik yang setara
dengan baja berkualitas sedang pada berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang
sudah diawetkan terlebih dahulu diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom
bangunanbertingkat. Perlu diketahui, kabar hebatnya bambu dalam menopang
bangunan sudah lama tersiar di masyarakat Indonesia terbukti dari banyaknya
bangunan-bangunan kuno yang menggunakan bambu sebagai penopangnya. Bagi pecinta
desain natural alami, bambu adalah opsi yang terbaik. Bagaimana tidak karena
kesan alami yang dapat ditimbulkan dari material ini begitu kuat. Untuk
dekorasi, bambu biasanya dihadirkan dalam bentuk perabotan, hiasan dinding,
aksesoris, dan lantai.Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik,
karakteristik bambu tidak pernah sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan
ketelitian dalam proses seleksi bambu tahap awal. Coba perhatikan, jarak ruas
di bambu pun tidak pernah sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini
menyebabkan kesulitan tersendiri dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis.
Kendati tergolong material yang kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail
sambungannya. Sambungan antar-bambu yang membentuk struktur mempunyai tingkat
kesulitan yang rumit. Sehingga diperlukan penguasaan bambu yang mendalam
sebelum dapat menggunakannya dengan baik. Rayap juga dikenal suka sekali
menggerogoti bambu. Jika sudah diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang
drastis dan cepat rusak. Solusi mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan
mengoleskan cairan anti-rayap di permukaan bambu secara berkala.
6. Miselium
Miselium adalah sejenis jamur dan saat ini
bisa menjadi salah satu bahan bangunan dengan cara ditumbuhkan di sekitar
bahan-bahan organik seperti batang jerami dan lain-lain. Setelah jamur tumbuh
dan menjadi bentuk yang sesuai keinginaan, jamur ini kemudian dikeringkan
sehingga menjadi batu bata yang kuat. Beberapa ahli mencampurkan Miselium
dengan karton dan menuangkannya ke dalam gulungan pita katun berbentuk tabung.
Ketika Miselium tumbuh, ia akan mengikat seluruh material yang lain
seperti lem.
Tabung-tabung tersebut ditempakan di dalam
rumah kaca berventilasi selama empat minggu untuk tumbuh dan menguat. Proses
ini mengubah limbah organik menjadi nutrisi untuk pertumbuhan miselum.
Struktur tersebut juga bebas limbah karena 100% biodegradable.
Jamur Miselum yang tumbuh pada struktur
tersebut dapat dipanen untuk dikonsumsi. Vesaluoma sendiri membayangkan bahwa
material tersebut digunakan untuk membangun sebuah restoran “pop up” (restoran
yang dibangun temporer) yang menyediakan menu dengan bahan dasar jamur.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi,
penggunaan beton sebagai bahan bangunan dapat kita ganti dengan bahan-bahan
yang ramah lingkungan serta berada di dekat kita. Dan bahan-bahan ini pun
bersifat ramah lingkungan tanpa merugikan alam, contohnya penggantian beton
dengan Miselum. Dimana Miselum ini terbuat dari hifa jamur yang dikeringkan.
Begitu pula dengan beton dari jerami, dimana jerami ini memberikan
keuntungan bagi kita, karena bahan jerami yang ringan dan juga dapat menyerap
getaran, sangat cocok bagi wilayah yang rawan gempa.
b. Saran
Sebaiknya
inovasi material pengganti beton yang ramah lingkungan sudah seharusnya
diterapkan dalam ruang lingkup yang luas. Misal, pembangunan rumah susun dengan
dinding yang terbuat dari jerami, atau memanfaatkan bahan-bahan yang hasilnya
dua kali lipad dari beton biasa (bersifat sustainable). Karena
semakin kreatif suatu inovasi dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Semua
orang pasti akan tertarik untuk mengikutinya. Jangan sampai bahan pengganti
beton yang ramah lingkungan ini menjadi susah didapat dan mahal bagi masyarakat
Indonesia. Ditambah lagi dengan kelebihan-kelebihan yang pengganti beton yang
sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia, misalnya ramah lingkunga, biaya
murah dan bahan dapat ditemukan dengan mudah di alam.